PENGALAMAN REAL TEST TOEL ITP
Memiliki skor TOEFL yang baik memang menjadi sebuah keharusan jika kita punya cita-cita sekolah ke luar negeri, melanjutkan S2 ataupun bekerja di perusahaan-perusahaan bonafit. Hal tersebut karena hampir kebanyakan lowongan pekerjaan, syarat kuliah S2, dan beasiswa mewajibkan pendaftarnya untuk memiliki TOEFL yang baik, umumnya perusahaan, kampus ataupun lembaga pemberi beasiswa mensyaratakan pendaftarnya untuk memiliki skor TOEFL minimal 450-550. Tidak mudah memang untuk bisa mendapatkan skor 500 tanpa persiapan yang matang, kecuali jika kita memiliki kemampuan dan habbit yang baik dalam bahasa inggris. Perlu waktu dan keseriusan untuk mempersiapkannya sebelum kita benar-benar real test. Karena mungkin teman-teman sudah banyak yang tau berapa biaya untuk sekali real test TOEFL ITP, sekitar 450- 500 ribu rupiah, jadi sayang kan kalo tes Cuma-Cuma tanpa persiapan.
Bulan lalu saya untuk pertama kalinya mencoba real test TOEFL, sebenarnya alasan coba real test karena untuk daftar beasiswa ehehe. Sempat deg-degan selama persiapan, soalnya dari beberapa cerita teman-teman yang sudah pernah ambil real test katanya horror haha. Waktu belajar di Pare salah seorang tutor saya pernah dapat skor Cuma 470 padahal waktu simulasi test sudah 550an, ada juga teman yang pas tes dapat 497 padahal targetnya 500, jadilah saya ikut-ikutan parno dengan test horror ini (horror bagi bahasa inggrisnya pas-pasan kaya saya hehe). Dalam 3 bagian yang di ujikan biasanya selalu ada salah satu bagian yang cenderung lebih sulit. Bisa listening, structure atau mungkin readingnya. Karena saya sangat lemah di structure jadi ya mau soalnya gampang juga tetep aja nilainya segitu-gitu aja ehehe. Kebetulan waktu tes pertama kemarin memang bagian structure yang menjatuhkan skor saya. Saya pribadi lebih senang belajar listening dan reading, karena saya tidak suka belajar structure yang harus menghafal rumus-rumus . Sungguh ini tidak patut di contoh, justru karena saya lemah di bagian structure seharusnya saya banyak belajar structure bukan malah di abaikan, dan akhirnya bagian structure lah yang membuat kalkulasi skor saya terjun bebas hehe.
Test pertama saya ambil di kampus UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung. Sebenarnya untuk wilayah Bandung ada banyak lembaga bahasa baik swasta maupun milik kampus yang mengadakan real test TOEFL ITP. Di antaranya kampus ITB, UPI, TELKOM, EF, BLCI dan beberapa lembaga bahasa lainnya. Bisa dengan sangat mudah untuk di Browsing di internet, sering-sering cek jadwalnya aja, setiap bulan selalu ada lembaga bahasa yang menyelenggrakan real test TOEFL ini, tinggal sesuaikan dengan jadwal kita saja. Untuk real test di UPI kemarin sebelumnya saya hubungi via telpon admin UPT bahasanya dulu untuk menanyakan kuota yang tersedia. Karena waktu itu berbarengan dengan pembukaan beasiswa jadi cepat penuh kuotanya. Setelah pasti masih ada slot kuota barulah saya mendaftar langsung ke UPT bahasa UPI. Di UPI system pendaftarannya harus langsung ke UPT bahasa kampusnya, tidak bisa bayar lewat rekening bank jadi harus cash, namun beberapa Lembaga Bahasa sepertinya ada yang metode pendaftarannya lewat online dan dapat di bayar lewat rekening bank.
Tiba hari H test di jadwalkan pukul 08.30 pagi, tapi sadah stanby di lokasi tes sejak pukul 07.30 pagi agar tidak terburu-buru dan lebih aman tidak terlambat. Sehari sebelum hari H test saran saya jangan belajar terlalu larut seperti sebelum-sebelumnya, agar tidak mengantuk paginya yang tentu akan mengganggu performa dan konsentrasi kita dalam mengerjakan. Sehari sebelum test saya tidur lebih cepat dari biasanya agar esok harinya saya cukup istirahat sehingga kondisi badan bisa maksimal. Karena saya tau test ini akan banyak menguras tenaga dan fikiran saya hehehe.
Sebelum
test pastikan alat tulis sudah lengkap juga jangan sampai tertinggal kartu
ujian dan tanda pengenal, karena jika kita tidak memiliki kartu ujian maka kita
tidak bisa ikut test. Ruangan pelaksanaan test adalah di laboratorium bahasa
UPI, ruangannya cukup nyaman dengan di lengkapi panel-panel ruangan akustik
yang dapat meredam suara. Masing-masing peserta berada di posisi masing-masing
sesuai no urut pendaftaran, di ruangan itu masing-masing meja di sekat
dinding penyekat cukup tinggi sekita 50
cm sehingga tidak memungkinkan pesera contek mencontek hehe. Di dalam ruangan
kita di perkenankan membawa air mineral, tapi tidak di letakan di atas meja
ujian, di takutkan lembar jawaban terkena tumpahan air sedangkan panitia
penyelenggara tidak memberi lembar jawaban cadangan.
Sebelum di mulai test kita akan di beri penjelasan mengenai aturan-aturan dalam pelaksanaan test, sekaligus di tuntun untuk mengisi identitas di lembar jawaban masing-masing. Saat mulai test saya berusaha tetap tenang, dan Alhamdulillah waktu listening soundnya sangat clear/ jelas jadi sangat membantu dalam mengerjakan soal. Juga di bagian listening kita di perkenankan untuk membuat catatan di lembar soal untuk memudahkan kita dalam menjawab. Bagian listening saya lewati dengan cukup lancer, tapi setelah masuk di bagian structure saya kocar kacir keteteran tidak terbiasa mengatur waktu mengerjakan. Soal structure kan ada 40 soal dalam waktu 25 menit jadi setiap soal kita hanya punya waktu 30 detik. Karna dari awal saya tidak suka structure dan malas belajar structure jadilah saya memakan waktu lama dalam menganalisa soal. Dalam belajar persiapan TOEFL saya tidak terbiasa memberi timing untuk mengerjakan soalnya, pas itu saya kaget karna sisa waktu tinggal beberapa menitan dan saya masih kurang menjawab banyak soal. Saran saya untuk teman-teman juga harus latihan mengatur waktu dalam berlatih soal agar tidak seperti saya yang keteteran di bagian ini. Reading sebenrnya cukup lancer namun kembali kendala saya adalah kurang mampu mengatur waktu dalam mengerjakan sehingga terdapat soal-soal yang tidak sempat saya analisa dan waktnya sudah habis. Setelah itu hasil test akan keluar sekitar 2 minggu setelah pelaksanaan test dan sertifikat dapat di ambil langsung setelah 2 minggu itu. Setelah mendapatkan pengumumna hasil ternyata skor saya masih kurang dari target seharusnya. Dan akhirnya saya memutuskan untuk test kedua kali dengan persiapan yang lebih matang dan belajar dari kesalahan di pengalaman test pertama.
Setelah menerima hasil test pertama yang tidak memenuhi target skor, akhirnya saya memutuskan untuk ambil test kedua. Test kedua ini saya ambil di Lembaga bahasa English First (EF) Bandung karena dari lembaga bahasa yang ada hanya EF yang masih menyediakan kuota pada jadwal tes yang ingin saya ambil. Hampir sama dengan UPI, di EF juga pendaftaran di lakukan langsung ke kantor EF dengan membawa identitas diri dan langsung melakukan pembayaran tunai. Kemudian tinggal menunggu jadwal pelaksanaan real test.
Pada hari pelaksanaan seperti biasa persiapannya sama dengan tes sebelumnya, datang lebih awal, pastikan alat tulis dan kartu ujian tidak tertinggal, kemudian tetap tenang dan optimis. Untuk ruangan di EF cukup nyaman, dalam satu ruangan hanya ada sekitar 10 peserta di setiap ruangan dan di bagi dalam beberapa ruangan. Jika di UPI setiap peserta ada penyekat, jika di EF tidak demikian, hanya memakai bangku seperti perkuliahan biasa. Dalam test kedua ini sejujurnya saya merasa lebih sulit di bidang listening, dan jusru lebih mudah di bagian structure. Ya mungkin memang benar jika pada setiap test selalu ada salah satu bagian yang akan lebih sulit. Untuk pengambilan sertifikat di EF sekitar 14 hari kerja , jadi lebih lama di bandingkan dengan di UPI. Sekarang saya masih sedang menunggu hasilnya.
-
PERSIAPAN
DAN BELAJAR TOEFL
Belajar
Bahasa Inggris sebenarnya mungkin tidak sulit jika kita menyukainya, dan yang
penting menerapkan dan memprkatikannya. Saya rasa semua orang sangat sering
mendengar saran-saran seperti itu. Faktanya memang benar, dulu saya sempat
ambil les di kampong Inggris Pare Kediri, dan hampir rata-rata tutor saya menyarankan
untuk bangun habbit yang baik untuk belajar bahasa inggris. Dengan hal-hal yang
menyenangkan seperti menonton film, nonton TED dengerin musik bahasa inggris
dan lain-lain. Beberapa tutor juga menyarankan untuk melakukan terapy listening
terutama untuk kita-kita yang ingin mengejar skor Toefl. Terapi listening itu
kita di wajibkan listening bahasa inggris selama 3-5 jam perhari selama beberpa
bulan. Dan beberapa orang sudah membuktikannya.
Persiapan
saya sebelum real test yaitu sering-sering berlatih tentunya . Saya memakai
beberapa buku pegangan untuk belajar TOEFL yang sering di rekomendasikan tutor
dan teman-teman, di antaranya BARON’S, LONGMAN TOEFL, CLIFFS, dan PETERSON. Sedangkan
untuk latihan listening saya sering mendengarkan TED’S TALK sebuah channel
youtube yang berisi speech singkat berbahasa inggris, selain bagus untuk
latihan juga bagus karena materi-materi yang di sampaikan selalu menarik. Kemudian
selain itu saya juga berlatih lisening dengan podcast, yaitu aplikasi
smartphone yang berisi perckapan-percakapn singkat berbahasa Inggris. Untuk structure
dan reading tentu harus banyak berlatih analisa soal. Sebenrnya yang paling
penting itu adalah pembendaharaan kosakata, jika kita punya banyak
pebendaharaan vocab maka semua section TOEFL ini pasti akan menjadi mudah.
Kira-kira
itu cerita saya mengenai pengalaman tes dan persiapan dalam belajar TOEFL,
setiap orang memilki cara belajarnya masing-masing. Jangan patah semangat dalam
mencoba, terus berlatih kita pasti bisa. Dari beberapa pengalaman teman yang
sudah test, mereka sudah mencoba bahkan lebih dari 4 kali untuk mendapatkan
skor TOEFL5, ada yang 2 kali, 3 kali baru bisa. Tapi tentu saja hasil tidak
akan mengkhianati usaha. Jadi tetap semangaaat, semoga tulisa ini bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar